
sebrangilah kenyataan ini dengan biasnya yang tampak itu.. yang menjadikan kerinduan sebagai lentera untuk ketidakmampuanmu menyingkap rahasia cinta.. dan menyerahkan kekecewaan pada mulut srigala kemenanganmu.. kemenangan dari yang kau namakan peniadaan atas segala hitamnya cinta.. lalu.. rentangkan nyanyian kenyataan ini pada sebuah pengabdian yang tidak kau ketahui rahasianya..
Perlukah ku jelaskan "pengabdian" yang tidak kau ketahui rahasianya itu..?
tidak..! biarlah para pujangga yang mengartikannya untukmu.. lalu menuliskannya kembali pada kitab keresahannya.. kecintaannya.. kemarahannya.. mungkin juga ketakutannya untuk dijadikan seribu puisi tentang cinta yang menguasai atas segalanya.. pada api yang membara.. pada air yang melumat.. dan pada harum yang menyerbaki surga..
pada perciknya mungkin kau temui kekuatan cinta yang dapat menguraikan apapun.. bahkan rasa sakit di antara angkuhnya waktu yang menapakinya.. pada harumnya terdapat kelembutan sebuah harapan untuk terus bersama dalam cinta yang dibangkitkan oleh tarian para malaikat surga.. lalu berkatalah.. wahai cintaku.. aku terus melukismu dalam jiwa, dengan warna sukma yang mengurungku, dengan semua keterbatasan cinta.. dan dengan sebuah keheningan yang mendampingiku..
23 November 2011 jam 21:37